'>

Senin, 13 Juni 2011

Kode Iklan Anda disini

SHALAWAT KEPADA RASULULLAH – 3


“Sesungguhnya Allah beserta Malaikat-Nya senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam untuk Nabi dengan sungguh-sungguh.” (QS. Al Ahzab: 56).
Ayat tersebut memerintahkan kepada orang-orang beriman agar bersungguh-sungguh dalam membaca shalawat dan mendoakan keselamatan untuk Rasulullah. Bahkan kita diingatkan, bahwa Allah sendiri dan para malaikat-Nya senantiasa membaca shalawat dan salam untuk Rasulullah. Oleh karena itu, orang-orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, seharusnya mereka mentaati perintah tersebut dengan memperbanyak bacaan shalawat dan salam untuk dipersembahkan kepada junjungan dan panutan kita Muhammad Rasulullah.
Motif shalawat dan salam untuk Rasulullah, sudah barang tentu tidak sama antara yang dilakukan Allah dengan dibacakan oleh hamba-Nya, termasuk para malaikat-Nya. Shalawat dan salam yang dilimpahkan oleh Allah adalah berupa rahmat, kasih sayang dan pemberian ampun. Sedangkan shalawat yang dipersembahkan oleh para malaikat dan orang-orang beriman adalah berupa doa dan permohonan kepada Allah, agar berkenan melimpahkan shalawat (rahmat) dan salam (keselamatan dan kesejahteraan) kepada Rasulullah. Allah senantiasa bershalawat kepada beliau, berarti Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada Rasulullah. Dan kita memohon kepada-Nya agar rahmat dan keselamatan itu tetap terlimpah atas beliau.
Melihat pernyataan tersebut, maka timbullah pertanyaan dalam benak kita, “Mungkinkah Rasulullah sebagai kekasih Allah masih memerlukan tambahan rahmat dan keselamatan dari-Nya? Benarkan Rasulullah masih memerlukan bingkisan doa dari para umat beliau?
Sebagai umat Rasulullah kita pasti yakin bahwa beliau ini adalah seorang makhluk Allah yang menjadi kekasih-Nya (habibullah). Kita juga yakin, bahwa Rasulullah adalah seorang hamba Allah yang telah mendapat ampunan dan mendapat jaminan masuk surga (ma’sum). Beliau juga telah mendapatkan rahmat dan keselamatan yang tak terkirakan dari sisi Tuhannya. Sehingga tanpa bacaan shalawat dan salam kita pun, sesungguhnya beliau sudah tidak ada masalah dalam hal ini. Dengan demikian, Rasulullah pada hakikatnya sama sekali tidak membutuhkan lagi bacaan shalawat dan salam dari kita, sama sekali tidak membutuhkan! Lalu mengapa kita diperintahkan untuk membaca shalawat dan salam untuk beliau? Itulah salah satu perintah Allah untuk membuktikan siapa sesungguhnya diantara kita yang benar-benar mentaati perintah-Nya, dan seberapa jauh kadar kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah. Beliau mengingatkan kita dalam sabdanya, “Barang siapa yang mencintai sesuatu, niscaya dia banyak menyebut-nyebut yang dicintainya.” (HR. Dailami).
Hadits tersebut benar-benar nyata dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mencintai sesuatu, niscaya Sesuatu itu selalu diingat-ingat dan disebut-sebut. Sewaktu kita mencintai seorang gadis misalnya, niscaya kita akan selalu mengingat gadis itu dan akan selalu menyebut-nyebutnya, bahkan dalam mimpi juga. Begitu pula apabila kita benar-benar mencintai Allah dan Rasulullah niscaya kita akan banyak mengingat dan menyebut-nyebutnya. Sedangkan salah satu cara yang diajarkan oleh Islam dalam rangka mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah dan Rasulullah secara bersamaan adalah dengan membaca shalawat. Setiap kita membaca shalawat, maka saat itu juga kita menyebut nama Allah dan Rasulullah sekaligus.
Semakin tinggi kecintaan kita terhadap Allah dan Rasulullah niscaya semakin banyak shalawat yang kita baca. Dan semakin banyak kita membaca shalawat untuk Rasulullah, maka derajat kita sebagai muslim pun semakin utama. Rasulullah mengisyaratkan dalam sabdanya, “Sesungguhnya manusia yang paling utama disisiku pada hari kiamat kelak adalah yang paling banyak membaca shalawat.” (HR. nasa’i, Turmidzi, dan Ibnu Hibban).
Dengan demikian, bacaan shalawat, disamping sebagai bukti cinta kita kepada Allah dan Rasulullah, juga pada hakikatnya kita mendoakan diri kita sendiri. Ibarat “Sebuah gelas yang telah penuh dengan air, maka air yang kita tuangkan berikutnya bukanlah mengisi gelas itu, tetapi akan tumpah meluap keluar”. Demikian halnya dengan bacaan shalawat untuk Rasulullah. Karena beliau telah terpenuhi dengan rahmat dan keselamatan, maka bacaan shalawat yang kita persembahkan kepada beliau niscaya akan melimpah kepada diri kita sendiri.
Semakin banyak kita membaca shalawat berarti semakin banyak pula kita mendapatkan limpahan rahmat dan keselamatan. Jika dilihat secara lahiriyah, memang pada saat itu kita memanjatkan doa agar Allah berkenan melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada Rasulullah, tetapi pada hakikatnya saat itu kita sedang mengharap limpahan rahmat dan keselamatan tersebut untuk diri kita sendiri. Bahkan limpahan rahmat dan salam yang kita dapatkan itu akan lebih banyak daripada rahmat dan salam yang kita persembahkan kepada beliau. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Barang siapa yang membaca shalawat untukku satu kali, niscaya Allah akan melimpahkan rahmat kepadanya sepuluh kali lipat.” (HR. Muslim).
Sungguh begitu tingginya nilai bacaan shalawat. Akhirnya, semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan ke hadirat junjungan dan panutan kita Nabi Muhammad berserta keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir masa. Amin…
Sumber: Fuad Kauma. Kisah-kisah Akhlak Terpuji. Mitra Pustaka: Yogyakarta. 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar